Sabtu, 22 Desember 2012

Tuhan Maha Adil

Tuhanku yang Maha Adil, aku kelaparan. Dan mereka di luar sana makan dengan rakusnya hingga perut mereka sakit. Jangankan makan hingga sakit perut, sesuap nasi pun aku tidak punya.
Tuhanku yang Maha Adil, aku kedinginan. Dan mereka di luar sana dengan mudah membeli jaket necis tebal yang mahal. Jangankan jaket necis tebal yang mahal, yang aku punya hanya selembar selimut tipis yang aku pakai berdua dengan adikku.
Tuhanku yang Maha Adil, aku kesakitan. Dan mereka di luar sana terlihat segar bugar dengan vitamin yang dikonsumsinya setiap hari. Jangankan mengkonsumsi vitamin, untuk makan saja aku sudah kesusahan.

Kau memang adil Tuhanku. Kau memang adil.

Okay

"Telepon aku kapan saja kau membutuhkanku,"
"Okay."
"Jika kau sedang merasa kacau, telepon aku,"
"Okay."
"Jika kau tengah sedih, telepon aku."
"Okay."
"......."
"......."
"Sayang? Kau mendengarkanku?"
"Okay."

Berfikir

Aku berhenti berfikir sebentar untuk melihat hujan melalui jendela kamar. Tidak. Aku tidak bisa berhenti berfikir. Bahkan untuk berfikir aku akan berhenti berfikir pun, aku masih tetap berfikir. Sial. Aku mulai gila.