Rabu, 29 Oktober 2014

Musikalisasi Puisi: Ijinkan Aku

Sebuah musikalisasi puisi olehku dan para peramu imaji ulung, Rizal Firdausy a.k.a Teweh dan Amartha Anindita a.k.a May. Para mahkluk Tuhan yang kusayangi secara utuh, mereka, telah menciptakan sebuah alunan keresahan yang menjalar indah dan membuat candu.

Ijinkan Aku.
aku hanya ingin meminjam cahayamu sebentar.
mungkin sinarnya meredup, tapi percayalah ia tetap hidup.
meski pada tubuh-tubuh yang terlantar, ia tetap berpendar.
ijinkan aku meminjam cahayamu sebentar.
sudah lama aku tak merasakan hangat ini.
kehangatan yang mendamaikan setiap jengkal tubuh.
yang memelukku lembut dalam kekal, yang meredam suar keluh.
"jalang!"
mungkin kau berfikir seperti itu.
"bedebah!"
riak makimu kepadaku.
silahkan saja mendaifkanku semaumu.
aku tahu, kau pemilik utuh cahaya itu.
kaulah tuannya.
sedang aku, seorang benalu yang menginginkan secercanya.
yang bahkan harus mengemis untuk sebuah kedamaian fana.
tenang, sayang.
aku tak bermaksud mengambil alih cahayamu.
aku tahu ia milikmu.
namun ijinkan aku, ijinkan aku meminjam cahayamu sebentar. 
untukku.
untukku seorang.

Selasa, 28 Oktober 2014

Tak Bisa Aku Benar-Benar Mencintaimu

Sebab, ada lagu-lagu kami yang mengalir merdu di telinga.
Sebab, ada foto-foto yang mengkekalkan ribuan memori.
Sebab, ada telepon-telepon yang tanpa sengaja selalu ditunggu.
Sebab, ada pesan-pesan dalam ponsel yang masih enggan dihapus.

Adalah rindu yang tak bisa ditepis.
Adalah kenangan yang seringkali datang tanpa diundang.
Adalah hari-hari yang dulu kami lewati bersama.
Adalah tawa renyahnya yang masih sering terdengar dalam angan.

Jadi, ia yang entah sekarang ada dimana, masih bertahta disini.
Jadi, ia yang entah sekarang sedang apa, masih bertahan disini.
Jadi, ia yang entah sekarang milik siapa, masih bersemai disini.
Jadi, maafkan aku, kekasihku.


Tak bisa aku benar-benar mencintaimu.