Rabu, 13 April 2016

Sebuah Perubahan

23 tahun yang lalu ia lahir ke bumi, tanpa tahu akan seperti apa dunia menjadikannya kelak.
Ia tumbuh menjadi gadis kecil yang selalu riang dan membuat orang disekitarnya ikut merasa bahagia. Ia tak pernah bersedih, kecuali ketika ayahnya mengganti acara kartun di televisi dengan pertandingan sepak bola.
Masa mudanya penuh warna. Berbagai konser band rock n roll hingga ska tak pernah absen untuk didatanginya. Ia memiliki teman-teman sebaya yang selalu memiliki acara untuk berkumpul bersama. Berbagi kisah, berbagi cerita.
Ia mungkin bukan siswi terpintar, namun ia pernah meraih nilai tertinggi di sekolahnya saat ujian nasional hingga membuat kedua orangtuanya bangga. Selalu ia ingat raut bahagia hingga tangis haru ayah ibunya saat tahu sang anak menjadi seorang juara.
Lalu, tiba-tiba takdir mempertemukannya dengan seorang pria.
Berawal dari pertemanan, mereka akhirnya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Keromantisan selalu mengiringi keberadaan mereka. Keduanya lupa bahwa sejatinya hidup tak hanya milik mereka saja. Namun, mereka tak peduli.
Ia menjalani hidup layaknya makhluk tuhan paling bahagia bersama sang kekasih. Sayangnya, hal itu hanya bisa dirasakan pada awal-awal bulan. Kekasihnya secara perlahan berubah menjadi monster menyeramkan yang begitu ditakutinya.
Sang kekasih tak pernah ragu untuk melayangkan tangan ke tubuhnya ketika dirinya merasa kesal. Pukulan demi pukulan diterimanya tanpa tahu apa yang membuatnya berhak untuk menerima perlakuan itu. Ia tetap memilih untuk bertahan.
Ia menjadi kebas. Tak ada perasaan sedih atau senang yang bisa dirasakan.
Hanya ketakutan yang selalu menjalarinya setiap kali melihat sosok sang kekasih. Seperti itukah definisi seorang kekasih? Tidak. Dan ia pun akhirnya sadar hingga memberanikan diri untuk meninggalkannya meskipun dengan perasaan terancam.
Untungnya, teman-teman yang dulu ditinggalkannya karena larangan sang kekasih ternyata memang selalu ada di sana untuk menunggu. Menunggunya kembali menjadi diri sendiri dan keluar dari berbagai kekejaman yang berkamuflase atas nama cinta.
Kini, ia tak lagi menjadi wanita murung yang selalu hidup dalam ketakutan. Meskipun terkadang bayangan-bayangan kelam itu susah untuk disingkirkan, ia percaya Tuhan telah mempersiapkan akhir yang bahagia untuknya. 

5 komentar: