Sabtu, 21 September 2013

Demi Masa

99 Asmaul Husna dalam pigora yang terpampang di ruang tamu memanggil-manggil. Kitab suci Al-Quran yang usang dan bedebu menyenandungkan ayat-ayatnya. Mukena putihku yang dulu bersih tanpa noda sudah tidak berwarna putih lagi. Kerudung-kerudungku yang selama ini menemaniku memandangiku dengan iba. 

Dulu, rasanya tiada hari aku lewatkan tanpa kehadiran mereka.

Dulu, setiap sore, dengan memakai kerudung merah jambu kesukaanku, aku selalu duduk di ruang tamu dan menyenandungkan ayat-ayat suci Al-Quran.
Dulu, melafalkan asmaul husna sudah merupakan suatu kewajiban bagiku.
Dulu, tidak pernah kulewatkan waktu sholatku, kutinggalkan apapun yang aku kerjakan untuk menunaikan sholat terlebih dahulu.
Dulu, aku merasa dekat sekali dengan Gusti Allah, membuat segala terasa tentram.
Dulu, yang sunah terasa wajib untukku. Mulai sholat sunah, hingga puasa sunah senin kamis.

Kini, aku yang sudah terbiasa tanpa kehadiran mereka, sudah tak pernah lagi menyentuh mereka.

Kini, kerudung merah jambu kesukaanku sudah berlubang termakan rayap.
Kini, rasanya aku sudah tidak ingat lagi bagaimana cara membaca ayat-ayat suci Al-Quran.
Kini, asmaul husna yang dulu aku hafal di luar kepala, sudah hilang terkikis waktu.
Kini, jangankan sholat, ingat keberadaan-Nya saja aku seringkali lupa.
Kini, aku merasa jauh sekali dengan-Nya.

Gusti.. Mohon ampun..

Teruntuk Kau di Depan Sana

Teruntuk kau di depan sana…
Memandangimu telah menjadi bagian dari hari-hariku.
Tatapan matamu yang begitu hangat. Lekuk bibirmu saat kau tersenyum. Deru nafasmu yang menenangkan.
Aku tak pernah bosan memandangmu.
Cukup hanya dengan memandangimu.

Aku tak sampai hati untuk menyentuhmu.
Aku takut tangan kasarku akan melukai kulit lembutmu.
Kau begitu mengagumkan.
Setiap centimeter dari dirimu begitu mengagumkan.
Kau adalah percikan kecil air surga yang nyata adanya.

Jangan kau beranjak dari depan sana.
Jangan pernah kau beranjak dari depan sana.
Biarkan aku menikmati setiap detil gerakan anggunmu.
Memahami binar matamu.
Mensyukuri nikmat Tuhan akan adanya dirimu.

Teruntuk kau di depan sana…
Suatu hari nanti. Suatu hari nanti akan kukatakan semuanya padamu.
Bahwa aku… Mencintaimu…
Aku lebih dari mencintaimu…
Aku menggilaimu…


*Terinspirasi oleh Radiohead – Creep. Dan juga, untuk kau di depan sana.*