Selasa, 14 Februari 2023

Aku Diciptakan untuk Menenangkanmu, Sayang.

Namanya Bara. Sesuai namanya, ia sanggup membuat kasihku membara. Tiga kali sehari ia menikmati seluruh tubuhku. Dia puas, aku pun puas. Semua kulakukan demi rasa sayangku pada Bara.

Bara pernah berkata, ia tidak akan bisa hidup tanpaku. Sungguh aku senang bukan main. Begitu berpengaruhnya aku dalam hidup Bara. Begitupun ia padaku.

Namun, semua berubah ketika seorang wanita jalang bernama Lisa datang dalam kehidupannya. Aku tak tau pasti sejalang apa nenek sihir ini, anggap saja begitu. Yang jelas, kedatangan Lisa membuat Bara yang kukenal hilang entah kemana. 

Bara tak lagi menyentuhku. Bara tak lagi melumatku. Bara yang kucinta, kini berpaling pada Lisa.

Hari-hari yang biasa Bara lalui denganku, kini diisi dengan kehadiran Lisa. Hampir setiap hari Lisa datang ke kamar kos Bara yang mengenaskan ini. Baju berantakan, sampah tak dibuang, tapi toh aku tak pernah berkomentar sedikitpun. Aku mencintai Bara apa adanya dirinya.

Bara bahkan tak mempedulikan aku yang ada di kamarnya saat ia membawa Lisa pulang. Mereka bercumbu dan bercinta di depanku! Binatang! Pelacur! Semua sumpah serapah kuteriakkan di sela-sela desahan si perempuan jalang. Tapi, mereka tetap saja bergumul. Seolah mereka tak mendengar pekikanku.

Setiap hari kulalui dengan kesedihan yang begitu pilu. Bara sialan. Perempuan itu apa lagi. Mereka tega berbahagia di atas penderitaanku. Begitu teganya.

Lima bulan berlalu, aku menyerah. Hanya bisa terbaring di atas meja. Tiba-tiba, Bara datang. Kali ini tanpa si perempuan jalang. Ia menutup pintu kamarnya secara perlahan dan duduk bersandar. Bara memegangi kepalanya, ia menangis. Oh, Bara-ku sayang. Ada apa?

Tangisnya semakin kencang. Ia memukul-mukul kepalanya.

"Diam, DIAM. DIAAAMMMMMM!!!" teriaknya.

Oh.

OH!

Bara-ku..... Kembali?

Bara bangkit dan terseok-seok berjalan ke arahku. Aku berdebar. Benarkah Bara-ku kembali?

Ia mengambil gelas kosong dan menuang air dari teko plastik murah yang tak pernah dicucinya selama entah berapa lama. Tapi, bukan itu yang terpenting. Bara-ku kembali!

Tangan Bara bergerak ke arahku. Aku menggelinjang. Ia membuka plastik yang membungkusku. Mengambil satu bagian tubuhku, lalu terdiam beberapa saat. Ia mengambil lagi satu bagian tubuhku lainnya. Ooohhh, Bara. Begitu rindunya kau padaku. 

Bara menggenggamku erat. Tangannya bergetar. Tenang, sayang. Aku ada di sini. Lumat aku bulat-bulat, kasihku.

Dan dimasukkannya aku dalam mulutnya, didorongnya dengan air. Aku menari bebas menuruni kerongkongannya. 

Air mata Bara turun lagi. Tapi, aku sudah kembali mengalir dalam setiap aliran darahnya. Bara meletakkan kepalanya di atas meja. Aku mulai bereaksi, menenangkan Bara dan suara-suara dalam kepalanya yang selama ini menyesaki pikirannya. 

Benar kan sayang, bukan Lisa yang bisa membuatmu tenang. Tapi, aku. Memang itu tugasku. 

Mungkin malah Lisa yang membuatmu mendengar suara-suara itu lagi. Tak apa sayang, ada aku di sini. Aku tak akan pernah lagi menyangsikanmu. Aku percaya, kau memang tidak akan pernah bisa hidup tanpaku. 

Selamat datang kembali, Bara. Dari aku yang akan selalu menenangkanmu.