Hai. Ku dengar kau sudah menjadi miliknya ya? Miliknya
seutuhnya? Jahat sekali. Aku bahkan belum sempat mengutarakannya padamu. Mengutarakan
bagaimana aku terbius dengan aroma tubuhmu. Dengan pancaran semu kebahagiaanku
saat bersamamu. Bagaimana bisa kau meninggalkanku begitu saja. Ah, jelas kau
bisa. Memang aku siapa? Kau bahkan mungkin tidak mengenaliku.
Aku yang sudah terbiasa mengagumimu dari kejauhan ini
merasa kehilangan. Bagaimana tidak, kau yang biasanya menjadi tumpuan
mimpi-mimpiku untuk memilikimu, sekarang telah dimiliki orang lain. Beruntung
sekali orang itu. Iya, orang itu. Kekasih barumu. Dia bisa mendapatkanmu tanpa
harus bersusah payah menyembunyikan diri saat memandangimu. Tidak sepertiku,
yang harus sembunyi-sembunyi agar kau tak sadar bahwa aku menatapmu sedari
tadi.
Jujur saja, aku tidak ingin mendoakan jelek untuk
hubunganmu. Karena bagaimanapun, kau bahagia bersamanya. Dan itu cukup untukku.
Aku hanya berharap, kau masih sudi membagi secuil tubuhmu untukku. Untuk
kupandangi sendiri. Untuk kukagumi, betapa aku benar-benar menyukaimu. Ini
sudah gila, ini bukan suka lagi. Ini lebih dari itu. Entah apa namanya…