Rabu, 25 Oktober 2023

Aku Melepasmu Tanpa Tangisan

Setiap kali kau meminta untuk berpisah, air mataku selalu menyeruak ingin menampakkan diri. Ia ingin diakui. Ia ingin kau tau bahwa kata-katamu membuat si pemilik tubuh tersakiti.

Kau selalu bilang takdir kita memang singkat. Tak ada masa depan. Kita hidup dalam masa kini. Menikmati setiap detik bersama, tanpa mengindahkan yang akan terjadi di kemudian hari. Kau selalu mengingatkan, kita hanya sementara.

Sudah tak terhitung berapa banyak air mata yang kukeluarkan tanpa sadar. Bahkan, saat aku bersandar di dada bidangmu. Sembari mendengarkan ritme detak jantungmu. Sedangkan, kau sibuk memilih acara televisi yang itu-itu saja.

Tapi, kali ini berbeda. Aku melepasmu tanpa tangisan. Bahkan, aku bisa tersenyum. Aku mengabulkan keinginanmu untuk bersama hanya di masa kini. Aku melepasmu.

Lima menit lagi kereta api Argo Wilis akan tiba. Mengantarmu pergi untuk selamanya. Mengembalikanmu kepada si empunya.

Kupandangi dirimu untuk terakhir kali. Kali ini, kau yang menangis. Oh, sayangku. Bisa juga ternyata kau dipenuhi air mata. Tak apa, sayang. Seperti katamu, kita memang sementara. 

Untuk terakhir kalinya, aku menyusuri lekuk wajahmu. Kubelai pipimu. Tangismu semakin deras. Sudah terlambat, sayangku. Aku sudah membulatkan tekad.

Samar-samar lampu kereta mulai muncul di malam yang pekat ini. Kucium bibirmu untuk terakhir kali. Tak selembut biasanya memang. Terhalang selotip yang membungkam mulutmu. Tak apa. Dengan begini aku tak lagi bisa goyah saat mendengar suaramu.

Kupastikan lagi tali yang mengikat tubuhmu telah erat. Begitu juga simpul tali di kakimu. Sempurna.

Suaramu yang meronta-ronta hilang seketika, tertutup klakson kereta yang sebentar lagi akan tiba. Aku berjalan menjauh darimu dan berdiri di balik tanaman liar yang berjajar di sepanjang rel tempatmu tergeletak.

Selamat tinggal, sayangku. Terima kasih untuk semua kenangan indah di masa kini. Sampaikan salamku untuk pemilikmu. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar