Rabu, 01 Februari 2012

Naskah Hidup

Ini bukan cerita yang kau inginkan. Ini bukan episode-episode yang kau impikan. Aku tahu. Aku tahu benar. Kita hanya pelakon drama kehidupan. Sudah ada sang sutradara yang mengatur ini semua. Bagaimanapun, naskah hidup kita telah selesai ditulis. Dan kita hanya tinggal memerankannya seperti anjing bodoh yang setia kepada majikan. Iya iya, tidak tidak. Hanya itu. Takdir dapat diubah? Tai. Itu hanya upaya manusia untuk memotivasi diri sendiri. Tapi, hey! Tak ada salahnya. Bahkan anjing bodoh pun tak ingin terlihat bodoh, bukan?
Naskah hidupku lebih keparat dibanding siapapun. Ya, kau bisa menyangkal itu. Aku tahu pasti kau merasa naskah hidupku lebih baik darimu. Karena memang begitulah manusia bereaksi. Benar-benar sampah. Bagaimana bisa aku mendapatkan naskah hidup yang seperti ini?! Akan ku lakukan apapun untuk casting sebagai pemeran drama hidup yang lain. Oh, percayalah! Aku memang tak baik dalam menjalani lakonku disini. Tapi, aku pasti lebih jika aku mendapat peran yang lain. Aku percaya itu.
Ah, setidaknya kau masih bisa makan enak didalam rumah yang nyaman. Bukan di sebuah prostitusi kelas sapi yang bau busuk ini. Setidaknya kau masih punya kedua orang tua. Bukan seorang germo menor yang tidak punya hati ini. Setidaknya kau masih bisa mengenyam pendidikan. Bukan mengenyam kelamin para laki-laki hidung belang ini. Anjing! Hey, kau anjing! Jangan pernah bilang hidupmu tidak lebih baik dariku! Tahu apa kau, bangsat!
Tai. Tai tetap saja tai. Aku hanya bisa berharap sang sutradara telah menyiapkan akhir bahagia untukku. Jika tidak, aku tak akan berhenti merutuknya. Dasar sutradara pembuat hidup sialan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar