Malam ini aku bermimpi tentangmu lagi. Tentang paras
mu yang menggelayut manja di benakku. Kita berbicara lama sekali. Mataku
terkunci pada matamu. Aku melihat pantulan diriku di mata beningmu. Ah,
walaupun ini hanya sekedar mimpi, yang aku tahu pasti tidak akan terjadi di
dunia nyata, aku tetap mengucap syukur pada Gusti. Karenanya, aku dapat
memandangimu, memperhatikanmu dari dekat, walau hanya dari mimpi.
Kita berbincang. Membicarakan apa saja. Jarak kita
hanya terpaut sepersekian centimeter. Ada jendela yang yang menghubungkan kita.
Kita berdiri disana. Berbincang. Dan saling menatap. Hingga entah bagaimana,
kau memberi sepucuk surat untukku. Aku lupa sebagian besar isi suratnya. Namun
yang aku ingat, dalam surat itu ada kalimat…
“Namaku .…. Dan aku sudah berpacaran 7 tahun dengan .….
Masihkah kau menerimaku?”
Entah. Aku tidak menjawab surat itu. Mimpi terputus
begitu saja. Ketika aku terbangun, hanya tiga kata yang terucap langsung dari
bibirku.
“…Ya. Aku mau.”
Mungkin aku memang sudah gila. Untuk apa aku menjawab
pertanyaan dari dunia fana? Dunia yang entah kapan aku bisa berada disana lagi...
Ah, sial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar