Jumat, 07 April 2017

Catatan Orang Baik #2: Bocor

Jumat (7/4/2017) sekitar jam 1 dini hari saya pulang melewati jalanan Sukodono, Sidoarjo. Ketika di jalan sebenarnya saya telah merasakan motor saya oleng. Tapi, waktu itu saya berpikir mungkin ban motor saya hanya kurang angin. Saya pun terus melaju ke arah rumah.

Tiba-tiba di depan Puspa Agro, ban motor saya pecah. Alhasil, motor pun langsung oleng nggak karuan, untungnya saat itu tak ada satu pun kendaraan yang melintas.

Setelah meminggirkan motor, saya menelepon ibu saya untuk mengabarkan keadaan. Ibu lalu berkata akan mengirim adik saya.

Saya menunggu adik saya bersama penjual nasi goreng serta 3 pria yang baru selesai makan. Mereka adalah orang baik pertama yang saya temui malam itu.

Mereka menemani saya menunggu adik setelah menunjukkan tukang tambal terdekat yang buka 24 jam.

"Mending ganti ban tubles, mbak. Kalau kena paku nggak perlu langsung tambal, nanti tambalnya kalau udah gajian," saran si penjual nasi goreng. Saya manggut-manggut aja karena memang tak begitu paham tentang masalah per-ban-an.

Tak lama, adik saya datang. Setelah pamit ke penjual nasi goreng serta 3 pria tadi, saya mulai menaiki motor saya pelan-pelan ke tukang tambal ban terdekat, yaitu di pertigaan Kletek.

Awalnya saya dorong motor saya, lalu adik saya menyarankan untuk dinaiki saja, toh nanti juga pasti ganti ban dalam karena bannya sudah pecah. Dia adalah orang baik kedua.

Adik saya sama sekali tak mengeluh ketika menemani saya. Bahkan ia dengan santai bercerita banyak tentang hal-hal kecil di warung kopi sebelah tukang tambal.

Setelah sampai di rumah, saya lihat ibu dan ayah saya sudah masuk di kamar mereka. Namun, kemudian ibu keluar. Ia bertanya tentang insiden tak terduga malam itu. Saya jawab nggak papa karena adik juga nggak ngeluh.

Ibu saya tak marah, hanya khawatir. Percakapan kami pun berujung pada kotak makan yang lupa saya bawa kerja pagi tadi. Padahal lauknya daging empal kesukaan saya, saya baru tahu ketika jam istirahat tiba.

Ibu saya tertawa ketika tahu saya lupa. Ternyata ia masih menyimpan daging empalnya untuk saya karena tahu itu lauk kesukaan saya. Dagingnya tinggal 3, lainnya dimakan ibu saya yang ternyata juga doyan. 3 daging itu lalu dibagi saya, ibu, dan adik saya. Ya, ibu adalah orang baik ketiga bagi saya malam itu.

Ayah saya juga masuk di daftar orang baik keempat. Ayah awalnya ingin ikut adik untuk menemani saya. Tapi, adik saya nggak mau karena dia tahu jika ayah saya ikut, maka dia yang akan disuruh dorong motor saya sedangkan saya dan ayah naik motornya.

Oh iya, tukang tambalnya juga baik karena memasang tarif normal untuk ban dalam saya, padahal awalnya saya takut harganya akan dinaikin karena tahu saya benar-benar butuh. Penjaga warung di sebelah tukang tambal juga sama baiknya, ia telah mengizinkan saya mengisi baterai ponsel walaupun hanya sebentar.

Catatan kali ini entah kenapa begitu panjang lebar. Intinya, malam dimana saya merasa sangat buruk ternyata malah membuat saya merasakan kebaikan orang-orang di sekitar saya. Ah, saya sangat beruntung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar